Sumber Gambar: http://id.wikipedia.org/ wiki/Lambang_Negara_Indonesia |
Akhir-akhir ini sering sekali muncul black campaign atau kampanye hitam berkenaan dengan adanya Pemilu tahun 2014. Tanpa sedikit pun rasa takut mereka melakukan cara-cara kotor dalam hal berkampanye. Mungkin itu merupakan dampak dari salah satu iklan televisi yang berbunyi, "Berani Kotor itu Baik". hehehee....
Namun sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu pengertian dari black campaign itu sendiri.
Black Campaign atau Kampanye Hitam terdiri dari 2 kata, yakni kampanye dan hitam. Kampanye merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menggalang dukungan, sedangkan Hitam dalam konteks ini memiliki makna buruk, tidak baik, jahat, memiliki unsur mencelakakan orang lain. Jadi kampanye hitam merupakan kegiatan menggalang dukungan dengan cara-cara yang tidak baik, jahat, dan memiliki unsur mencelakakan orang lain. Black campaign atau kampanye hitam biasanya dilakukan dengan cara menyebar isu yang tidak berdasar dan cenderung bersifat fitnah terhadap sang korban sehingga korban tersebut ditinggalkan oleh para rekan atau pendukungnya, lalu rekan atau pendukung korban beralih mendukung sang pelaku black campaign tersebut.
Terdapat jenis kampanye lain yang termasuk kampanye kurang baik selain kampanye hitam (black campaign), yaitu Kampanye Negatif. Kampanye negatif merupakan kegiatan menggalang dukungan dengan cara menyebarkan sisi negatif sang korban, sehingga sang korban dijauhi oleh rekan atau pendukungnya, lalu rekan atau pendukung tersebut beralih mendukung sang pelaku kampanye negatif. Berbeda dengan kampanye hitam yang cenderung berupa fitnah, kampanye negatif lebih pada penyebaran fakta atau keterangan yang terbukti dan berdasar, namun berisi hal-hal buruk (sisi negatif) mengenai korban. Menurut pribadi penulis, kedua jenis kampanye tersebut kurang layak untuk dilakukan di negeri ini.
Saat ini media sosial merupakan senjata paling efektif dalam melancarkan serangan-serangan kampanye hitam maupun kampanye negatif, baik melalui media cetak, media televisi maupun media internet. Kita sebagai warga negara yang baik harus bisa memilah berita atau informasi mana yang berisi informasi penting, mana yang berisi kampanye negatif, dan mana yang berisi kampanye hitam. Namun tidak bisa dipungkiri, saat ini banyak media sosial yang sudah tidak netral. Sulit untuk membedakan antara kampanye negatif dan kampanye hitam, antara fakta dan fitnah. Lebih baik jika kita tidak menelan mentah-mentah setiap berita atau informasi yang kita terima, terutama informasi mengenai Calon Presiden RI 2014.
Namun kita tidak perlu cemas. Bagi penulis, pemilih calon pemimpin, setiap kampanye negatif maupun kampanye hitam tidaklah penting. Masa lalu calon pemimpin yang begitu kelam tidaklah penting. Siapakah sebenarnya dia, siapa keluarganya, siapa saja pendukungnya, siapa saja yang ada dibaliknya, darimana asalnya, bagaimana masa lalunya, bagaimana bentuk dia, semua itu tidaklah penting. Yang terpenting adalah apakah orang itu saat ini baik, berniat baik, berkelakuan baik, bertujuan baik, berkemampuan baik dan berkinerja baik, sehingga membuat negeri ini menjadi jauh lebih baik.
Seseorang yang pada masa lalunya pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Suatu tindakan yang sangat bodoh dan tidak manusiawi. Mampu bertaubat dan menjadi salah satu pemimpin Islam yang begitu hebat. Salah satu pemimpin zaman keemasan Islam. Dia bernama Umar bin Khatab.
Saat ini tidak ada pemimpin yang sempurna, yang ada hanyalah pemimpin yang lebih baik. Karena pemimpin yang sempurna hanyalah Nabi Muhammad.
Jadi, daripada kita membuang-buang waktu mengurusi kekurangan orang lain, khususnya calon pemimpin kita, lebih baik kita terus mengoreksi diri dan memperbaiki diri sendiri, sehingga mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kemajuan negeri ini. Bukan hanya sekedar berbicara.
Lalu, sekedar Tips Menentukan Pilihan Capres yang Efektif & Efisien:
1. Bersihkan hati dan pikiran dari segala emosi dan semacamnya
2. Perhatikan capres saat berbicara.
Karena corong teko hanya akan mengeluarkan isi teko.
3. Perhatikan yang telah capres lakukan beberapa tahun terakhir. Bukan beberapa bulan terakhir.
4. Gabungkan hasil antara perkataan dan perbuatan capres. Maka akan terlihat capres mana yang lebih baik.
5. Berdoa agar tidak salah pilih. Kalau pun salah pilih, berdoa agar yang dipilih berubah menjadi tidak salah.
Karena saat ini untuk persoalan pemilu, berita media sudah sulit untuk dipercaya 100%.
Kalau kita tidak mampu merubah negeri ini menjadi lebih baik. setidaknya ada yang bisa kita lakukan untuk negeri ini. Salah satunya dengan memilih calon pemimpin yang terbaik.
No comments:
Post a Comment